SIKATNEWS.id | Konsultan Teknologi Monica Nathan menyampaikan jika Batam setiap kali disebut, imajinasi pemerintah langsung melayang ke Singapura. Visi kota dagang dunia, jalur emas Selat Malaka, PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) tinggi, investor antre.
“Memang luar biasa. Tapi kita lupa satu hal, yaitu moral kita bukan moral Singapura. BP Batam tetap percaya diri. Seperti orang kena demam tinggi yang merasa sedang lari maraton,” kata Aktivis itu dari Amerika. Minggu (21/09).
Korupsi? Masih jadi bahan bakar utama.
Mafia lahan? Menjadi pengarah orkestra. Tindakan serius memberantas mafia di Batam belum menampakkan hasil
Investor? Lebih mirip broker yang tebar janji palsu ketimbang bawa modal.
Pertumbuhan di Atas Pasir – Benar-Benar Pasir
Teluk Tering direklamasi seperti main lego. Ada indikasi pulau-pulau kecil di sekitar Batam disatukan karena BP Batam kehabisan daratan. Lihat Pulau Nipah yang berstatus Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
Sinyal sudah jadi target investasi besar. Area berebut izin dan peluang korupsi agar statusnya benar-benar diurus dengan transparan.
Kajian lingkungan? Mungkin disimpan di lemari yang kuncinya dibuang. Singapura melakukan reklamasi dengan material laut yang diperhitungkan.
Kita? Kadang tanah darat, kadang entah apa. Bukti banjir dimana-mana. Tapi tetap disebut “ramah lingkungan”.
“Kalau laju reklamasi seperti ini, jangan-jangan 25 tahun lagi Batam bukan meniru Singapura, tapi tenggelam lebih dulu,” kata Megat Rurry Afriansyah, tokoh Melayu yang juga pemilik Hotel Purajaya yang dirobohkan. Sabtu (20/09).
Politik Panik, Ekonomi Mangkrak
Investor datang, tapi kebanyakan membawa MoU, bukan modal. Kadin melaporkan triliunan rupiah investasi, padahal berbasis janji, bukan realisasi. Proyek besar sering berhenti di tengah jalan. Tapi BP Batam tetap berani memamerkan pertumbuhan.
Data resmi menyebutkan bahwa PDRB Batam 2023 hanya Rp 216 triliun dengan pertumbuhan 6,8 %, PDRB per kapita Rp 172 juta. Angka yang bagus di kertas, tapi tidak terasa di dapur nelayan dan warung pesisir.
Statistik pertumbuhan memang ada, tapi angka-angka tinggi itu seringkali lebih banyak didorong oleh investasi yang berhenti di MoU, bukan yang dieksekusi sampai selesai. Ini relevan sekali kalau dikaitkan dengan proyek mangkrak dan perobohan Purajaya.