Bupati Tapanuli Utara Harapkan Workshop Branding Subsektor Fesyen di Salib Kasih Dorong Penguatan UMKM Lokal

Direktur Arsitektur dan Desain Kemenparekraf, Sabar Norma Megawati Panjaitan, menjelaskan bahwa workshop ini merupakan bagian dari program nasional pengembangan subsektor fesyen berbasis kekayaan lokal.

“Kami ingin meningkatkan kapasitas pelaku fesyen dalam membangun branding, menambah nilai produk dan mendorong kreativitas berbasis budaya daerah. Ulos Taput punya keunikan dan cerita yang kuat dan itulah daya tarik branding yang harus diperkuat. di era digital saat ini, produk bagus saja tidak cukup diperlukan strategi branding yang mampu ‘bercerita’ tentang makna di balik setiap karya,” kata dia.

Samuel J.D. Wattimena, yang juga desainer senior nasional, mengaku senang dapat kembali ke Taput yang dikenal sebagai salah satu pusat tenun di Indonesia. “Para penenun di sini luar biasa, mereka sudah ahli. Tapi kita perlu data yang lengkap, siapa penenun ulos adat, siapa yang spesialis untuk acara tertentu. Ini penting agar potensi yang besar ini bisa dikelola secara berkelanjutan. kain tenun bukan sekadar bahan pakaian, tetapi warisan budaya yang nilai seninya akan meningkat seiring waktu.

Selanjutnya, kegiatan workshop yang dipimpin langsung oleh Samuel J.D. Wattimena berfokus pada proses Branding Subsektor Fesyen. Dalam sesi ini, Samuel menjelaskan berbagai strategi dan tahapan dalam membangun identitas merek bagi produk fesyen berbasis lokal. Para peserta yang terdiri dari perwakilan penenun, desainer muda, dan pelaku UMKM kuliner tampak antusias mengikuti materi dan berdiskusi langsung mengenai pengembangan desain serta strategi pemasaran yang relevan dengan tren global.

Acara ditutup dengan peninjauan stand-stand pameran yang menampilkan beragam produk unggulan Taput, mulai dari tenun ulos, busana berbahan lokal, hingga kuliner khas daerah.

Kegiatan ini tidak hanya menjadi ruang apresiasi karya para perajin, tetapi juga langkah nyata dalam mewujudkan Tapanuli Utara sebagai pusat wastra dan ekonomi kreatif berbasis budaya yang berdaya saing tinggi./Red.