Padahal, Kepulauan Riau adalah salah satu wilayah yang memberinya kemenangan telak.
Rakyat Melayu percaya, tapi kini kepercayaan itu dijawab dengan pembiaran.
Di luar negeri, Indonesia masih bangga disebut “demokrasi terbesar ketiga di dunia”.
Padahal di dalam negeri, rakyat masih harus di-amplopin untuk memilih, sementara hasilnya sudah diskenariokan, yakni 58 persen, pasti menang.
Negara yang Menyuruh Rakyat Jadi Satpam
Lucunya, rakyat yang sibuk cari makan justru disuruh jadi satpam moral pejabat.
“Kalau lihat yang salah, viralkan,” kata pejabat.
Padahal mereka punya buzzer bersenjata, media bayaran, dan isu pengalih perhatian. Begitu satu kasus mencuat, tinggal buat skandal baru. Fokus publik berpindah, dan kasus lama tenggelam bersama nalar.
Hotel Purajaya dan Tenggelamnya Marwah Melayu
Purajaya bukan hanya milik satu pengusaha, ia milik simbolik masyarakat Melayu. Dan ketika hotel itu diratakan, marwah Melayu ikut terkubur.
Batu Ampar, Rempang, Gurindam 12, semua punya cerita serupa. Rakyat kecil tersingkir, budaya dilenyapkan, dan pejabat sibuk menandatangani izin sambil tersenyum. Sibuk kunjungan, sibuk foto, sibuk pencitraan. Yang hilang hanya satu, yakni hati nurani.
Pusat mungkin ingin melupakan Melayu. Padahal dari Melayu-lah lahir bahasa Indonesia, akar yang kini dipotong dengan undang-undang.
Negara Hukum yang Tutup Mulut
Indonesia memang negara hukum. Tapi hukum kini punya tiga fungsi baru, yaitu menutup mulut, menutup telinga, dan menutup kasus. ketiganya bekerja sempurna terhadap rakyat kecil, tapi melempem di hadapan kekuasaan.
Mereka yang punya uang, partai, dan kenalan, bisa menabrak hukum sambil berfoto di depan baliho bertuliskan “bersih, transparan, dan akuntabel.” Sementara rakyat yang hanya punya kebenaran, dikubur hidup-hidup oleh dokumen bertanda “sah sesuai PP 25 dan 28.”
Faktanya, Purajaya dirobohkan dua tahun sebelum PP itu berlaku. Tapi negara berusaha mencuci dosa masa lalu dengan aturan masa depan. Logika? Tak penting. Yang penting proyek jalan, amplop cair, laporan beres. Dan di negeri yang katanya menjunjung hukum ini, yang ditenggelamkan bukan hanya kasus tapi juga nurani.
Sumber : Monica Nathan
Editor : Red.