Diduga Oknum Pengusaha Babi di Pulau Nias Abaikan Regulasi dan Aturan Hukum

SIKATNEWS.id | Gelombang protes masyarakat Kota Gunungsitoli semakin membesar menyusul terungkapnya praktik penyelundupan babi ilegal yang diduga terstruktur dan sistematis. Rabu (01/10).

Sejumlah oknum pengusaha dengan berani memasukkan ternak babi tanpa dokumen resmi dari Pelabuhan Sibolga menuju pelabuhan Angin Gùnungsitoli, memicu kemarahan warga yang terkesan pemerintah kota dan aparat penegak hukum melakukan pembiaran yang disengaja.

LIMAKORA (Lingkar Masyarakat Kota Gunungsitoli Raya) dengan lantang menyuarakan bahwa kasus ini bukan sekadar pelanggaran administratif semata. Mereka melihatnya sebagai ancaman nyata terhadap ketahanan pangan dan stabilitas ekonomi Pulau Nias.

Mengingat Sumatera Utara telah dinyatakan sebagai zona merah penyebaran virus African Swine Fever (ASF) yang mematikan, LIMAKORA khawatir ribuan peternak lokal akan kehilangan mata pencaharian dan terjerumus dalam kemiskinan. Bahkan, Korlap Putra Tanhar dengan nada geram menyampaikan pernyataannya.

“Surat Walikota sudah jelas melarang pemasukan babi dari luar daerah sejak 31 Agustus 2025. Tapi kenyataannya, ada oknum pelaku usaha yang secara terang-terangan melawan aturan, bahkan mengangkangi instruksi Walikota. Anehnya, sampai hari ini tidak ada langkah hukum yang nyata. Apakah pemerintah kota dan Polres Nias sengaja membiarkan praktik ilegal ini terjadi?,” kata Putra Tanhar.

Informasi yang dihimpun di lapangan menyebutkan, para pelaku usaha tidak hanya melanggar aturan, tetapi juga melakukan tindakan intimidasi terhadap petugas Dinas Pertanian dan Karantina yang hendak melakukan pemeriksaan kesehatan ternak. Bahkan, menurut informasi bahwa petugas nyaris ditabrak oleh truk pengangkut babi ilegal tersebut.

Menyikapi situasi yang semakin memanas, LIMAKORA mendesak Pemko Gunungsitoli untuk segera bertindak tegas dan menunjukkan komitmen nyata dalam melindungi warganya.

“Kalau pemerintah dan aparat penegak hukum terus berdiam diri, sama saja membuka lebar pintu bagi virus ASF untuk menghancurkan ekonomi peternak. Kita bicara soal ribuan warga yang menggantungkan hidup pada ternak babi. Jika ASF masuk, habis semua,” tegas Putra.