Monica Nathan: Gurindam 12 Simbol Dijadikan Komoditas, Hotel Purajaya dari Ikon Jadi Puing

SIKATNEWS.id | Akitivis Monica Nathan dari Amerika menyampaikan bahwa di Kepulauan Riau, marwah Melayu kini tak lagi terlihat. Ia ditukar dengan kontrak. Diganti dengan pundi. Disisihkan di meja rapat penuh angka.

Hal tersebut ia sampaikan melalui media ini pada Kamis (11/09). Menurut aktivis Monica itu, dulu, dari tanah ini lahir bahasa Indonesia.

“Dari Pulau Penyengat bergema Gurindam Dua Belas. Kini, yang bergema justru palu mesin dan pena birokrat,” kata Monica Nathan.

Gurindam 12: Simbol Dijadikan Komoditas
Lahan Taman Gurindam 12 hendak dilelang. Hanya 7.500 meter, kata pemerintah. Tetapi rakyat paham, ini bukan soal luas. Ini soal nilai.

Investor mau bikin restoran, parkir. Pemerintah mengejar PAD. Padahal Gurindam 12 adalah pusaka, bukan kios sewaan. Ketika pusaka diperlakukan seperti properti, harga diri ikut tergadai di bawah meja.

Hotel Purajaya: Dari Ikon Jadi Puing
Batam punya Purajaya. Hotel yang dulu jadi ikon. Dibangun keluarga bangsawan. Tempat marwah Melayu menegakkan kepala.

Kini hanya tersisa debu. Dirobohkan tanpa dasar hukum. Dilindas seperti bangunan tak bernama. Marwah terkubur dikaki mafia.

Rempang: Leluhur yang Dihapus
Rempang lebih pahit. Sebanyak 7.572 hektar dialihkan untuk Eco-City. Hitungan 16 kampung tua dilenyapkan dari peta.

Yang melawan disemprot gas air mata. Yang bertahan dicap pengganggu. Melayu dipaksa angkat kaki dari tanah yang diwariskan nenek moyang.

Teluk Tering: Izin Hantu, Pancang Menikam
Di Teluk Tering, izin seperti hantu. Tak pernah terlihat, tapi selalu bekerja. Tiba-tiba pancang-pancang menantang laut. Hari ini disegel, besok dengan senyap dibuka. Menikam sumber hidup nelayan.

Mangrove: Benteng yang Ditebang
Mangrove adalah perisai. Menahan gelombang, memberi nafkah. Tapi perisai itu ditebang untuk tambang dan reklamasi. Meninggalkan banjir, meninggalkan sakit. Benteng alam roboh. Ekonomi kecil ikut ambruk.