Kepri Disebut Provinsi Muda dengan Warisan Istimewa, Monica Nathan: Masyarakat Tempatan Jangan Terlena

SIKATNEWS.id | Seorang aktivis dari Amerika mengatakan bahwa Yogyakarta istimewa karena Jawa dan Indonesia juga istimewa karena Kepulauan Riau (Kepri).

Menurut aktivis Monica Nathan, banyak orang tidak kenal Kepri. Kenapa? Karena memang baru. Sebab Provinsi ini baru lahir tahun 2002. Dulu ia bagian dari Riau. Pusat pemerintahannya di Pekanbaru. Pulau-pulau jauh terasa pinggiran.

“Maka orang lebih hafal Riau daripada Kepri. Lebih ingat Pekanbaru daripada Tanjungpinang. Lebih kenal Batam sebagai free trade zone daripada Penyengat sebagai pusat bahasa dan sastra,” kata Monica Nathan kepada media ini, Senin (09/09).

Padahal kata dia, akar bahasa Indonesia lahir dari Kepri. Bahasa yang kita pakai setiap hari. Dari DPR sampai warung kopi. Bahasa dari Penyengat. Bahasa Indonesia lahir dari bahasa Melayu. Melayu Riau-Johor yang dibakukan di Penyengat oleh Raja Ali Haji.

“Ia (Raja Ali Haji) menulis kamus, menulis sejarah, menulis Gurindam Dua Belas yang ditulis pada tahun 1847. Bahasanya sederhana. Tapi kuat, dan akhirnya jadi bahasa persatuan. Kitab Moral Melayu,” ungkap Monci, sapaan akrab akvitis itu.

Ia mengungkapkan lagi, bahwa di dalamnya terdapat dua belas pasal tentang iman, adab dan tentang pemimpin. Dua baris berima seperti pantun, tapi tanpa sampiran.

“Sederhana, tapi dalam. Itulah wajah Melayu. Lembut tapi kuat. Santun tapi berwibawa. Bahasa Perdagangan Dunia. Melayu bukan hanya bahasa budaya, tapi juga bahasa dagang,” tuturnya.

Monci menyampaikan bahwa sejak sriwijaya dan sejak Malaka, Pedagang Arab, India, Cina, Portugis, semua pakai Melayu di pelabuhan.

“Kenapa? Karena mudah dipelajari dan inklusif. Dari Aceh sampai Maluku, orang bisa saling bicara, satu bahasa, yaitu Bahasa Melayu. Itulah sebabnya saat Sumpah Pemuda 1928, bahasa Indonesia dipilih, karena memang sudah jadi bahasa bersama,” tuturnya.

Ia menambahkan, ada kerajaan yang dimakzulkan seperti Kesultanan Riau-Lingga berdiri pada tahun 1824, dimana Sultan Abdul Rahman II dimakzulkan oleh Belanda tahun 1911. Istana dibakar dan dokumen dimusnahkan.